Jurnal of Medicine: Berita Buruk Picu Serangan Jantung

Rahasia dampak berita buruk yang mampu mengejutkan jantung mampu dipecahkan oleh tim riset dari John Hopkins University pimpinan Ilan Wittstein. Seperti yang dipublikasikan melalui the New England Journal of Medicine, Ilan Wittstein menyatakan bahwa berita buruk berhubungan erat dengan pelepasan sejumlah hormon.

Sejumlah hormon seperti adrenalin dan hormon terkejut lainya, disebut-sebut mampu mengejutkan jantung setelah seseorang mendengar kabar buruk atau sedih. Dari studi yang dipublikasikan itu disebut pula bahwa jika tidak ditangani dengan benar maka hal itu bisa disalah artikan sebagai sebuah serangan jantung.

Karena kejutann yang ditimbulkanya hanya berlangsung sementara terutama pada akhir pekan saja. Setelah melakukan penelitian atas 19 pasien yang datang ke rumah sakit dengan gejala yang sama dengan serangan jantung para peneliti melihat bahwa tidak seperti gejala serangan jantung lainya pada pasien yang umumnya para wanita manula ini tidak ditemukan penyumbatan darah pada arterti seperti umumnya para penderita serangan jantung lainnya.

Para dokter yang semula menganggap sebagai serangan jantung itu menemukan adanya tumbukan `stress hormones` yang tinggi terutama pada `adrenalin` dan `noradrenalin` pada pasien di dalam darah mereka. Merurut para periset, `stress hormones` bisa menjadi racun pada jatung dan sangat efektif untuk menjadi sebuah kejutan.

Pasien yang mengalami stress juga memiliki hormon tinggi pada otak yang disebut dengan `brain natriuretic peptide` sekaligus sebagai indikasi bahwa jantung bekerja diatas normal. Hasil pantauan dengn menggunakan `echocardiograms` yang digunakan untuk mengukur tingkat fungsi jantung juga menunjukan gelombang yang unik setelah seorang pasien dikabarkan mengalami serangan jantung.

Dalam kasus serangan jantung, seorang pasien baru bisa memulihkan kondisi setelah beberapa pekan atau bulan. Yang pasti tim periset dari University of Hopkins ini tidak menjelaskan bagaimana `stress hormones` bisa berdampak pada jantung.

Mereka hanya melihat kemungkinan sebuah cairang kimia yang bisa mempengaruhi denyut jantung sehingga jantung mengalami kelebihan beban. Tim merekomendasikan dilakukanya penelitian lanjutan kepada orang-orang yang secara genetika memiliki kondisi semacam ini.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
Related Post
Artikel